“ Fitnah” dan Penanggulangannya
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. Kami memujinya. Kami memohon pertolongan kepadaNya. Kami juga memohon ampunan dan bertaubat kepadaNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami.
Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang bisa
menyesatkannya. Demikian pula, barang siapa yang Allah sesatkan maka
tiada satupun yang bisa memberi hidayah kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tanpa ada sekutu bagiNya.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Semoga Allah memuji dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya dan seluruh shahabatnya.
Wahai hamba-hamba Allah yang merupakan orang-orang yang beriman
bertakwalah kalian kepada Allah dan yakinilah bahwa takwa adalah asas
kebahagiaan dan jalan keberuntungan di dunia dan di akherat.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)
Yang artinya, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS ath Thalaq:2).
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (٤)
Yang artinya, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam semua urusannya.” (QS ath
Thalaq:4).
Hasil akhir yang baik itu selalu berpihak kepada orang-orang yang bertakwa.
Ketahuilah bahwa berbagai perkara yang mengerikan dan berbagai
peristiwa yang datang silih berganti menimpa manusia itu berfungsi
untuk menyingkap watak asli manusia, mengetahui sifat manusia dan
memperlihatkan klasifikasi manusia dalam ketaatan kepada-Nya. Ketika
ujian tiba manusia terbagi ke dalam berbagai kelompok. Di antaranya
adalah sebagaimana yang Allah firmankan,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ
خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى
وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ
الْمُبِينُ (١١)
Yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah
dengan berada di pinggiran. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah
ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana,
berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al Hajj: 11).
Kelompok kedua adalah orang yang menyembah Allah dengan dasar ilmu,
pengetahuan, iman yang kokoh dan akidah yang bersih. Jika dia
mendapatkan musibah maka dia bersabar dan sabar itu yang lebih baik
baginya. Setelah itu dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk
melakukan berbagai sarana dan cara yang dibenarkan oleh syariat untuk
membebaskan diri dari masalah dan melindungi diri dari dampak negatif
masalah tersebut.
Lain halnya, jika dia mendapatkan nikmat maka dia bersyukur maka itulah
yang lebih baik baginya. Setelah itu dia pergunakan nikmat tersebut
untuk mentaati Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sungguh
berbahagia seorang yang memiliki sifat semacam ini.
Iman yang benar dan akidah yang lurus itu memiliki pengaruh yang
besar dan peran yang sangat vital untuk membantu mengatasi dan
menyikapi berbagai kejadian dan musibah serta ujian yang menimpa
manusia. Hal itu dikarenakan seorang yang memiliki iman dan akidah yang
benar mendapatkan berbagai prinsip dan kaedah penting dari agamanya.
Dengan seizin Allah, kaedah tersebut membantu orang tadi untuk bisa
tetap tegar menghadapi bencana dan memiliki sikap yang tepat yang
bertitik tolak dari akidah yang benar dan keimanan kepada Allah.
Dalam kesempatan kali ini akan kami sebutkan prinsip dan kaedah
tersebut dalam rangka saling mengingatkan akan adanya prinsip-prinsip
tersebut. Diharapkan setelah mengetahuinya seorang mukmin memiliki ilmu
tentang apa yang seharusnya dilakukan ketika mendapatkan ujian.
Pertama, seorang mukmin meyakini bahwa pencipta
alam semesta adalah Allah. Oleh karena itu Dia memiliki hak penuh untuk
mengatur makhluk ciptaan-Nya sebagaimana yang Dia kehendaki. Dia
putuskan apa yang Dia inginkan tanpa yang bisa memprotes dan menolak
ketetapan-Nya. Apa yang Allah kehendaki itulah yang terjadi dan apa
yang tidak Allah kehendaki tentu tidak akan terjadi. Tiada daya dan
kekuatan kecuali dengan Allah, zat yang maha tinggi dan maha agung.
Allah berfirman
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٢٠ )
Yang artinya, “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya. Dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu” (QS al
Maidah:120).
Kedua, seorang mukmin yakin bahwa Allah telah
memberikan jaminan untuk membela orang-orang yang beriman, menjaga
agama ini, memuliakan pemeluknya dan meninggikan agama-Nya
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ (٤٧)
Yang artinya, “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” (QS ar Ruum:47).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (٧)
Yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS
Muhammad:7).
Agar mendapatkan pertolongan Allah kita harus menolong agama-Nya. Kita
harus bisa menundukkan jiwa dan nafsu kita sendiri. Kita harus bisa
menundukkan dunia dan gemerlapnya. Kita harus beriman dan percaya
kepada Allah serta memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Kita harus
rutin melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kita harus berhasil mengalahkan jiwa dan nafsu syahwat kita sendiri.
Kita harus berhasil mengalahkan godaan dunia dan glamournya dengan
secara tulus memberikan perhatian hati kepada Allah, menerapkan
aturan-aturan-Nya pada diri kita, rutin mentaati-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya.
Siapa yang beriman dan mentaati Allah maka Allah pasti akan menjaganya,
membelanya, meneguhkan dan menjaganya dari segala bentuk keburukan.
Ketiga, sesungguhnya Allah berjanji untuk tidak
menolong orang-orang kafir, menghancurkan dan menjadikan mereka sebagai
materi pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Allah
memberi tempo kepada orang yang zalim namun Allah itu sama sekali tidak
akan membiarkan orang yang zalim. Jika Allah menyiksa orang yang zalim
maka Dia akan menyiksanya dengan tiba-tiba.
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ (١٠٢ )
Yang artinya, “Dan Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab
penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu
adalah sangat pedih lagi keras” (QS Huud:102).
Keempat, seorang mukmin itu yakin dengan
seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sedikitpun bahwa seorang itu tidak
akan mati sampai ajalnya tiba dan jatah rezekinya habis.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (٣٤)
Yang artinya, “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah
datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat (pula) memajukannya” (QS al A’raf:34).
Ajal itu ada batas akhirnya. Waktu hidup itu telah ditakdirkan dan
terbatas. Kematian itu tidak bisa dimajukan sebagaimana juga tidak bisa
ditunda. Jika seorang mukmin menyadari hal tersebut maka dia akan
selalu bersiap-siap untuk mati yang merupakan awal perjumpaan dengan
Allah. Seorang mukmin itu tidak akan tergoda dengan dunia bahkan dia
yakin bahwa dunia itu fana dan akan meninggalkannya. Seorang itu pasti
berjumpa dengan tuhan baik berumur panjang ataupun berumur pendek.
Kelima, karena demikian percaya dan bertawakal
kepada Allah, seorang mukmin tidak akan terpengaruh dan merasa takut
dengan berbagai propaganda. Bahkan seorang mukmin itu jika
ditakut-takuti dengan berbagai sesembahan selain Allah maka dia akan
semakin beriman, percaya dan yakin kepada Allah sebagaimana para
sahabat.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ
فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣)فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ
لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو
فَضْلٍ عَظِيمٍ (١٧٤ )
Yang artinya, “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya
manusia[yaitu orang-orang Quraisy] telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi
penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”. Maka mereka
kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak
mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar (QS Ali Imran:173-174).
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Sahihnya dari Abdullah bin Abbas,
“Ucapan hasbunallah wani’mal wakil adalah ucapan Ibrahim, kekasih Allah
ketika akan dilemparkan ke dalam api dan ucapan Muhammad ketika ada
orang yang berkata kepada beliau, “Sesungguhnya manusia[yaitu
orang-orang Quraisy] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong
Kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung” [QS Ali Imran:173].
Keenam, seorang mukmin itu selalu bertawakal dan menyandarkan hatinya kepada Allah. Dia serahkan semua urusannya kepada Allah
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (٣)
Yang artinya, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS ath Thalaq:3).
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٢٣)
Yang artinya, “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS al Maidah:23).
Barang siapa yang bertawakal dan menyandarkan hatinya kepada Allah maka
Allah akan menjaganya dan melindunginya dari segala keburukan serta
segala fitnah meski demikian besar dan demikian hebat.
Dalam sebuah hadits yang hsahih disebutkan ada seorang yang mengambil
pedang Nabi saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur
beristirahat dalam sebuah perjalanan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas terbangun dan mengarahkan pandangannya ke atas ternyata
orang tersebut berdiri tepat di atas kepala Nabi sambil berkata, “Siapa
yang akan melindungimu dariku?” sedangkan pedang dalam posisi terhunus
di tangannya. Dengan penuh keteguhan hati dan kekuatan iman, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Allah”.
Tiba-tiba pedang tersebut jatuh dari tangan orang tersebut yang segera
diambil oleh Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas balik
berkata, “Siapa yang akan melindungimu dariku?”.
Siapa saja yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan menjaga dan melindunginya dari berbagai mara bahaya.
Akan tetapi tawakal harus diiringi dengan melakukan usaha dengan benar
dan berbagai sarana yang diperbolehkan oleh syariat. Itulah berbagai
sarana yang diajarkan oleh syariat Allah agar terjaga dari fitnah dan
terhindar dari berbagai keburukan. Usaha yang paling penting adalah
menjaga ‘Allah’ dengan berkomitmen untuk mentaati-Nya, menjauhi
larangan-Nya dan mentaati segala perintah-Nya.
Ketujuh, seorang muslim itu akan menjauhi segala
penyebab timbulnya fitnah dan segala faktor pemicu terjadinya
perpecahan serta demikian semangat untuk menjaga persatuan kaum
muslimin, kesatuan hati mereka dan utuhnya barisan mereka untuk
mentaati Allah dan mengikuti berbagai perintah-Nya.
Di antara doa ma’tsur ada yang bunyinya, “Ya Allah, perbaikilah
hubungan di antara kami, satukanlah hati kami dan tunjukkanlah kepada
kami jalan-jalan keselamatan”.
Seorang mukmin yang memiliki iman yang benar tentu sangat antusias
untuk menjaga persatuan di antara saudara-saudaranya sesama orang yang
beriman dan menjauhi sejauh-jauhnya berbagai perkara yang menyebabkan
timbulnya perpecahan, percekcokan, perbedaan dan hilangnya satu kata
diantara orang-orang yang beriman.
Kedelapan, tidak menyebarkan semua berita yang
didengar, terlebih berita yang bisa menimbulkan kekhawatiran atau rasa
aman di tengah-tengah masyarat.
Sebagian orang ketika timbul fitnah (baca: kerusuhan dan perbedaan
pendapat) sangat bersemangat untuk menyebarkan berita apa pun
keadaannya dan menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar tanpa
mengecek berita yang benar dan berita yang salah. Demikian juga tanpa
mempertimbangkan dampak yang timbul jika berita tersebut disebarluaskan.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan menyikapi adanya suatu berita.
memastikan keabsahan berita
sumber berita atau penyampai berita merenungkan dan menimbang-nimbang
apakah menyebarluaskan berita itu bermanfaat bagi manusia baik dari
sisi agama ataupun dunia ataukah malah menimbulkan bahaya berupa
masyarakat menjadi ketakutan, merasa resah dan sebagainya.
Oleh karena itu, untuk berita semacam ini Allah berfirman,
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ
وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ
لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلا قَلِيلا (٨٣ )
Yang artinya, “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang
keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS an Nisa’:83).
Berdasarkan ayat ini maka jika kita mendapatkan berita yang bisa
menimbulkan keresehan atau rasa aman di tengah masyarakat maka kita
berkewajiban untuk tidak tergesa-gesa menyebarluaskannya di tengah
masyarakat. Kita memiliki kewajiban untuk mengembalikannya kepada rasul
yaitu kepada sunah rasul dan mengembalikannya kepada ulil amri yaitu
para ulama yang memiliki ilmu, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.
Jika memang menyebarkan berita tersebut bermanfaat untuk umat tentu
para ulama akan menyarankannya. Jika tidak maka para ulama akan
melarang kita untuk memupublikasikannya supaya kita tidak menanggung
beban tanggung jawabnya yang berupa menyakiti banyak pihak karena
tersebarnya berita tersebut.
Oleh karena itu terdapat riwayat shahih dari amirul mukminin Ali bin
Abi Thalib, beliau mengatakan, “Janganlah kalian menjadi orang-orang
yang ‘ujulan, madzaayi’ dan budzron. Sesungguhnya di belakang kalian
terdapat bencana yang menyakitkan”.
Yang dimaksud dengan ‘ujulan adalah orang yang suka tergesa-gesa dalam berbagai perkara dan tidak mau bersikap tenang.
Sedangkan madzayi’ adalah orang yang suka dan bersemangat besar untuk menyebarkan berita apapun kondisinya.
Adapun budzron adalah orang yang menebar perpecahan dan berbagai sebab perpecahan dan konflik di tengah-tengah masyarakat.
Kesembilan, urgensi berkonsultasi dengan para ulama
yang mendalam ilmunya dengan bertanya kepada mereka, sejalan dengan
perkataan mereka, memperhatikan wejangan-wejangan mereka dan tidak
menentang mereka. Tidak semua orang boleh berbicara tentang masalah
agama karena hal itu adalah kewenangan para ulama yang mendalam ilmunya
dan benar-benar memahami agama. Merekalah orang-orang yang mengetahui
hukum halal dan haram serta mengusai hukum-hukum agama secara umum.
Merekalah orang-orang yang menetapkan hukum berdasarkan firman Allah
dan sabda rasul-Nya.
Orang yang paling berani dalam memberi fatwa adalah orang yang paling berani untuk masuk neraka.
Karenanya pada saat terjadi fitnah (baca: perselisihan paham yang
sengit) kita berkewajiban untuk berkonsultasi dengan para ulama,
mengambil manfaat dari ilmu mereka dan sejalan dengan perkataan mereka
serta tidak berani berbicara dalam bidang yang tidak dikuasai.
Diantara tanda baik keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal
yang tidak berguna dan tidak membicarakan bidang yang tidak dikuasai
dengan baik. Hal ini dilakukan dalam rangka agar tidak membahayakan
diri sendiri ataupun orang lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Siapa yang mengarahkan orang lain pada
perkara yang tidak benar maka dosanya itu ditanggung oleh yang
mengarahkan”.
Kesepuluh, seorang mukmin itu menyakini bahwa Allah itu dekat dengan
hamba-hamba-Nya, mendengar seruan dan mengabulkan doa mereka, menolong
orang yang kesusahan dan menghilangkan kesulitan.
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلا مَا
تَذَكَّرُونَ (٦٢)
Yang artinya, “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?
Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya)” (QS an Naml:62).
Seorang mukmin itu yakin bahwa Allah itu dekat dengan-Nya, mendengar
doanya, akan mewujudkan harapannya dan memberikan permintaannya. Oleh
sebab itu seorang muslim sering mengadu kepada Allah dengan penuh
ketulusan dan dengan berulang kali agar kaum muslimin dijauhkan dan
dipalingkan dari berbagai fitnah. Serta berdoa agar Allah memberikan
untuk negeri kaum muslimin rasa aman, keimanan, keselamatan dan
keislaman serta terjaga dari berbagai keburukan dan bencana. Doa adalah
kunci segala kebaikan di dunia dan di akherat.
Kami memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah dan
sifat-sifat-Nya yang luhur agar Allah meneguhkan hati kita semua untuk
selalu mentaatiNya, melindungi kita semua dari berbagai fitnah yang
yang nampak ataupun yang tersembunyi, menjaga agama, keamanan dan
keimanan kita. Semoga Allah tidak memasrahkan kita kecuali hanya
kepada-Nya dan melindungi kita dari berbagai mara bahaya yang
ditimbulkan oleh musuh.
Ya Allah, kami menjadikan-Mu di leher-leher mereka dan kami memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan mereka.
Terdapat suatu hadits dalam Sunan Abu Daud bahwa Nabi jika merasa takut
dengan sekelompok orang maka beliau akan berdoa, “Ya Allah, kami
menjadikan-Mu di leher-leher mereka dan kami memohon perlindungan
kepada-Mu dari keburukan mereka”.
Yang bisa kami sampaikan adalah apa yang telah kalian dengar. Aku
memohon ampunan untukku dan kalian serta seluruh kaum muslimin dari
seluruh dosa.
Mohonlah ampunan kepada-Nya niscaya Dia akan mengampuni kalian sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji itu milik Allah. Dialah dzat yang memiliki kebaikan yang
sangat besar dan anugrah serta kedermawanan yang sangat luas.
Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tanpa ada sekutu baginya.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Semoga
Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya dan
semua shahabatnya.
Wahai hamba-hamba Allah, bertakwalah kalian kepada Allah. Siapa saja
yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan melindunginya dan
membimbingnya untuk melakukan yang terbaik dalam masalah agama dan
dalam masalah dunia.
Ketahuilah bahwa takwa adalah asas keselamatan dalam menghadapi
berbagai fitnah, jalan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan
akherat.
Ketika terjadi fitnah di zaman tabiin sebagian orang menemui Thalq bin
Habib lantas bertanya kepadanya, “Bagaimana cara melindungi diri dari
fitnah dan menyelamatkan diri dari keburukan fitnah?”
Thalq mengatakan, “Lindungilah diri kalian dari fitnah ini dengan bertakwa kepada Allah”.
Mereka bertanya, “Tolong jelaskan kepada kami apa itu takwa!”.
Beliau mengatakan, “Bertakwa kepada Allah adalah menjalankan ketaatan
kepada Allah dengan dasar iman kepada Allah karena mengharap pahala
dari Allah serta meninggalkan berbagai bentuk maksiat kepada Allah
dengan dasar iman kepada Allah karena merasa takut dengan siksa-Nya”.
Betapa agungnya jalan takwa. Betapa mulia pengaruhnya. Betapa banyak manfaat takwa bagi pemiliknya di dunia dan di akherat.
Hendaknya kita hadapi berbagai fitnah dengan bertakwa kepada Allah.
Caranya kita berkomitmen untuk mentaati-Nya, rutin beribadah kepada-Nya
dan kita jauhi berbagai kemaksiatan agar dijaga, dibantu dan ditolong
oleh Allah.
Moga Allah menjadikan kita semua sebagai bagian dari orang-orang yang
bertakwa dan melindungi kita semua dari segala keburukan dan mala
petaka. Sungguh Dia adalah maha mendengar dan maha mengabulkan doa.
Hendaknya kalian mengucapkan sholawat dan salam untuk Muhammad bin Abdillah sebagaimana yang Allah perintahkan dalam kitab-Nya
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Yang artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS al Ahzab:56).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
bershalawat untukku sekali maka Allah akan bershalawat untuknya
sebanyak sepuluh kali”.
Ya Allah, berikanlah shalawatMu untuk Muhammad dan untuk keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat untuk Ibrahim dan
untuk keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau itu maha terpuji dan maha
agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberi berkah untuk Ibrahim dan untuk keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau itu maha terpuji dan maha agung.
Ya Allah berikan ridhoMu untuk empat khulafaur rasyidin yang
mendapatkan hidayah yaitu Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali. Demikian pula
ya Allah berikanlah ridhoMu untuk semua shahabat dan tabiin serta semua
orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Kiamat nanti.
Demikian juga berikanlah ridhoMu untuk kami dengan anugrah, kemurahan
dan kebaikanMu, wahai zat yang maha pemurah.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin dan hinakanlah kemusyrikan
dan para pelakunya, hancurkanlah para musuh agama dan lindungilah
daerah kaum muslimin wahai pemilik semesta alam.
Ya Allah, tolonglah orang yang menolong agama-Mu.
Ya Allah, tolonglah orang yang menolong agama-Mu.
Ya Allah, tolonglah orang yang menolong agama-Mu.
Ya Allah tolonglah saudara-saudara kami, kaum musliman yang berjihad di jalan-Mu yang berada di semua tempat.
Ya Allah, tolonglah mereka dengan pertolongan yang kuat.
Ya Allah kuatkanlah mereka dengan bantuan-Mu dan jagalah mereka dengan
penjagaan-Mu, lindungilah mereka dengan perlindungan dan perhatian-Mu,
wahai zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.
Ya Allah bereskanlah musuh-musuh agama karena mereka tidak akan mampu mengalahkan-Mu.
Ya Allah cabik-cabiklah mereka sehancur-hancurnya.
Ya Allah, buatlah hati mereka berselisih dan cerai beraikan persatuan
di antara mereka dan timbulkanlah rasa takut di hati mereka, wahai zat
yang memiliki keagungan dan kemuliaan.
Ya Allah, kami menjadikan-Mu di leher-leher mereka dan kami memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan mereka.
Ya Allah, berikanlah rasa aman untuk kami di negeri kami sendiri dan perbaikilah para penguasa dan pemimpin kami.
Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami adalah orang yang merasa takut dan
bertakwa kepada-Mu serta mengikuti ridho-Mu wahai pemilik alam semesta.
Ya Allah, berilah taufik kepada penguasa kami untuk melakukan apa yang
Kau cintai dan Kau ridhoi, bantulah mereka untuk melakukan kebaikan dan
ketakwaan, bimbinglah perkataan dan tindak tanduk mereka, berilah
mereka kesehatan badan dan afiat, berikanlah untuk mereka para pembisik
yang baik dan yang menghendaki kebaikan untuknya, wahai zat yang
memiliki keagungan dan kemuliaan.
Ya Allah berikan taufik-Mu kepada semua penguasa kaum muslimin agar
mengamalkan kitab-Mu dan mengikuti sunah Nabi-Mu, Muhammad –
shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan jadikanlah mereka wujud kasih
sayang-Mu untuk hamba-hamba-Mu yang beriman.
Ya Allah, berilah mereka pemikiran yang benar dan perkataan yang tepat
yang bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin, wahai zat yang memiliki
keagungan dan kemuliaan.
Ya Allah, berikanlah kepada jiwa kami ketakwaan. Sucikanlah jiwa kami.
Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwa karena Engkau adalah zat
yang mengatur jiwa manusia.
Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan pegangan hidup kami.
Perbaikilah dunia kami karena di sanalah kami hidup. Perbaikilah
akherat kami karena ke sanalah kami akan kembali. Jadikanlah hidup kami
di dunia ini sebagai tambahan kebaikan untuk kami dan jadikanlah
kematian sebagai sarana istirahat kami dari berbagai keburukan.
Ya Allah perbaikilah hubungan di antara kami, satukanlah hati kami dan
tunjukilah kami jalan-jalan menuju keselamatan, keluarkanlah kami dari
kegelapan menuju cahaya.
Berkahilah pendengaran kami, penglihatan kami, istri-istri kami, harta
kami, anak keturunan kami dan jadikanlah kami orang-orang yang
diberkahi dimana saja kami berada.
Ya Allah, ampunilah seluruh dosa kami baik yang kecil apalagi yang
besar, yang dahulu ataupun belakangan, yang dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.
Ya Allah, ampunilah apa yang telah kami lakukan dan apa yang belum kami
lakukan, apa yang kami lakukan dengan sembunyi-sembunyi maupun yang
kami lakukan dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih tahu
dari pada kami. Engkaulah yang memajukan dan Engkaulah yang
mengundurkan. Tiada sesembahan yang pantas disembah melainkan diri-Mu.
Ya Allah, ampunilah dosa orang yang punya dosa di antara kaum muslimin, terimalah taubat dari orang-orang yang bertaubat.
Ya Allah hilangkanlah kesusahan orang yang susah dan penderitaan
orang-orang yang menderita, lunasilah hutang dari orang-orang yang
berhutang serta sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kami dan
semua kaum muslimin yang sakit.
Ya Allah kami memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, terjaganya kehormatan dan kecukupan rizki.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu hidayah dan tindak tanduk yang benar.
Ya Allah, kami memohon perlindungan dengan ridho-Mu dari murka-Mu,
dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dengan-Mu dari-Mu. Kami tidak mampu
menyanjung-Mu sebagaimana sanjungan yang Kau berikan untuk diri-Mu
sendiri.
Ya Allah sesungguhnya kami memohon ampun kepadaMu. Sungguh Engkau
adalah maha pengampun. Oleh karena itu turunkanlah hujan yang deras
kepada kami.
Ya Allah turunkan hujan untuk kami, turunkan hujan untuk kami, turunkan hujan untuk kami.
Ya turunkanlah hujan yang manfaat, berlimpah dan penuh kebaikan kepada
kami. Janganlah Kau turunkan hujan yang membahayakan kami baik di masa
sekarang ataupun di masa yang akan datang.
Ya Allah suburkan hati kami dengan iman dan suburkanlah negeri kami dengan hujan.
Ya Allah turunkan hujan untuk kami dan janganlah Kau jadikan kami sebagai orang-orang yang berputus asa.
Ya Allah turunkan hujan untuk kami dan janganlah Kau jadikan kami sebagai orang-orang yang berputus asa.
Ya Allah, janganlah Kau hukum kami disebabkan perbuatan orang-orang yang usil di antara kami.
Ya Allah, kabulkanlah doa kami, wujudkanlah harapan kami dan berikanlah
apa yang menjadi permintaan kami, wahai zat yang memiliki keagungan dan
kemuliaan.
Bukankah Engkau telah berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
Yang artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah) bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS al
Baqarah:186).
Ya Allah, kami telah beriman dan kami telah memenuhi perintah-Mu.
Ya Allah turunkan hujan untuk kami, turunkan hujan untuk kami, turunkan hujan untuk kami.
Ya Allah berilah kenikmatan dari kami, janganlah Kau cegah kami dari
kenikmatan, tambahilah nikmat untuk kami dan janganlah Kau kurangi,
utamakanlah kami dan janganlah Kau utamakan orang lain dari pada kami.
Seruan kami yang terakhir adalah ucapan alhamdu lillahi rabbil ‘alamin.
Moga Allah memuji, memberi keselamatan, keberkahan dan nikmat untuk
hamba Allah dan utusanNya yaitu nabi kita Muhammad, keluarga dan
seluruh shahabatnya.
Khutbah Jum’at Syaikh ‘Abdur Rozaq bin Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr, tanggal 18 Muharram 1424 H
Catatan:
Yang dimaksud dengan istilah fitnah dalam hal ini adalah makna fitnah
dalam bahasa Arab yang bisa berarti ujian berupa musibah, kerusuhan dan
perselisihan yang tajam di tengah-tengah masyarakat. Ini semua
tergantung konteks kalimat yang ada.
Penerjemah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id