Berpegang Teguh dengan Sunnah Nabi, Solusi Problematika Ummat
Masyarakat rabbani memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki masyarakat manapun di seluruh dunia. Masyarakat yang tumbuh di atas tiga pondasi tauhid, yaitu Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah serta Tauhid Asma’ dan Sifat. Setiap individu masyarakat rabbani berusaha mencegah tangan-tangan jahat yang mengganggu. Serta bersikap rendah hati dan tawadhu’ kepada setiap orang yang ingin menjadi bagian mereka. Berusaha menolong dan menjadi pelindung yang kuat dan tangguh. Inilah karakter yang digambarkan secara detail dalam beberapa ayat Al Qur`an, di antaranya firman Allah:
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي اْلإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْئَهُ فَئَازَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فاَسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمَا {29}
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al Fath : 29).
Apabila setiap individu masyarakat rabbani ini melaksanakan kewajiban dan tidak banyak menuntut haknya, maka seluruh anggota masyarakat akan hidup damai satu hati satu kata, satu tujuan yaitu sama-sama mencari ridha Allah. Bahu-mambahu menjalankan ajaran syariat, melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya. Bersama-sama menjaga batas-batas halal dan haram. Dengan itu, Allah akan mencintai mereka dan merekapun cinta kepadaNya. Allah meridhai mereka dan merekapun ridha menerima anugrahNya.
Sudah menjadi kewajiban setiap muslim dimanapun ia berada untuk memikirkan problematika yang tengah dihadapi umat sekarang. Hendaklah ia mengerahkan kemampuan yang ada, untuk mewujudkan apa yang diharapkan umat darinya. Dan jangan memberi tempat bagi niat, selain hanya untuk mencari ridha Allah dalam dirinya. Janganlah pedulikan rentang waktu yang panjang. Jangan pula tergesa-gesa ingin cepat menuai hasil. Apabila Allah mengetahui niatnya yang ikhlas, niscaya Allah akan memudahkan baginya semua kebutuhan. Minimal ia merasa dekat dengan ridha Allah, sebagai imbalan jerih payah dan niat ikhlasnya, meskipun ia belum dapat menuai hasil yang ia harapkan.
Amanah ilmu yang dimiliki alim ulama, telah mendorong ide dan pena mereka untuk memperkenalkan keindahan dan keteduhan ajaran Islam, dalam segala bidang kehidupan manusia. Untuk menepis kesalahpahaman dan kekeliruan tentang Islam yang menghampiri pikiran orang-orang awam. Hal itu disebabkan realita pahit yang dialami umat Islam sendiri. Mereka sudah keluar jauh dari ajaran Islam dan telah mengabaikannya. Padahal dengan Islam itulah, Allah memberikan kekuasaan bagi umat ini di atas muka bumi.
Sejak pupusnya semangat kaum muslimin menangkis serangan yang penuh permusuhan dan kedengkian terhadap Islam, sejak persatuan mereka tercerai-berai di tanah air sendiri, dan sejak tercabik-cabiknya ikatan persaudaraan seiman dalam dada mereka, kaum muslimin saling berbeda persepsi tentang metodologi yang mereka anut dalam memahami Islam. Di samping itu, mereka juga berbeda persepsi tentang arah dan tujuan, hingga arah dan tujuan itu semakin jauh melenceng sejak beberapa kurun lamanya. Masing-masing kelompok merasa dirinyalah yang paling benar keislamannya daripada yang lain. Sehingga terbakarlah api kemarahan karena kebencian dan permusuhan yang sudah memuncak itu.
Tulisan
ini, memberikan sekilas gambaran masyarakat Islami yang menjadi pusat
perhatian segenap kaum muslimin di seluruh dunia. Masyakarat madani
yang menjadi idaman dan harapan setiap muslim, terlebih para mushlihin (orang-orang yang mengadakan perbaikan). Pada hari ini, banyak di antara para mushlihin
yang kehilangan gairah untuk melanjutkan tugas, karena harus merenovasi
tatanan umat dari dasar kembali. Kalimat demi kalimat yang sederhana
ini, juga terhitung sumbangsih untuk memotivasi dan membangkitkan
gairah kerja membangun tatanan masyarakat Islami. Mudah-mudahan kalimat yang sederhana ini dapat menjadi penyembuh lara yang dalam.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT RABBANI
Al Qur`an laksana puncak menjulang tinggi yang mengatasi seluruh puncak yang ada. Seluruh perhatian tertuju kepadanya dari segala penjuru. Berbagai harapan, impian, janji-janji, hidayah serta petunjuk dapat diraih darinya setelah masyarakat dunia tenggelam dalam kehampaan, berjalan terseok-seok dengan wajah muram dalam keputusasaan, akhirnya terbaring lemah di atas kepiluan.
Al Qur`an telah berhasil menempa masyarakat rabbani generasi pertama melalui bimbingan Rasulullah, sebagai hamba dan utusan Allah, sebagai pembimbing, muallim, ustadz dan teladan umat ini. Beliau n berhasil membentuk sebuah generasi yang sebelumnya tertawan oleh keyakinan syirik dan adat jahiliyah. Padahal sebelumnya tidak seorangpun yang mengira Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bisa lolos dari cengkraman kuku-kuku jahiliyah itu. Hingga Allah mengutusnya ke tengah-tengah mereka. Dan Al Qur'an itupun menjadi mukjizat terbesar bagi mereka sepanjang zaman. Mukjizat yang berbicara tentang diri Beliau n dan tentang mereka kepada generasi yang akan datang.
Mukjizat yang telah menyinari seluruh umat manusia itu telah mencatat secara valid, ringkas dan menakjubkan sejarah kehidupan generasi rabbani. Al Qur`an ini pula yang kemudian membangun tatanan masyarakat rabbani dari dasar setelah tiang-tiang penyangganya runtuh. Sekiranya Allah l tidak mencurahkan rahmatNya, niscaya sirnalah sisa-sisa reruntuhan itu. Sampai sekarang, panji-panji generasi Salaf -generasi sahabat- itu masih jelas kelihatan. Umat pada setiap zaman dapat melihatnya. Mereka akan menemukan harapan besar, yang dapat memperbaiki kembali tatanan kehidupan dari awal, bilamana mereka telah bertekad untuk kembali kepada tatanan masyrakat rabbani.
Seorang insan mukmin yang senatiasa membuka cakrawala pikirannya saat mentadabburi Al Qur`an, dapat melihat bentuk dan contoh-contoh yang menggambarkan seluruh dimensi kehidupan manusia, tentang alam, lingkungan dan kehidupan. Bentuk dan contoh-contoh yang memaparkan kepadanya segala bentuk kesempurnaan itu, akan membuat dadanya dipenuhi rasa takjub dan keimanan. Ia selalu ingat firman Allah :
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ {124}
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS At Taubah : 124).
Kita ambil satu contoh firman Allah :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِى إِسْرَاءِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُو الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ {83} وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لاَ تَسْفِكُونَ دِمَائَكُمْ وَلاَ تَخْرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن دِيَارَكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ {84}
Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu)
"Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat”. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu) “Kamu tidak
akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir
dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu”, kemudian kamu
berikrar (akan memenuhi) sedang kamu mempersaksikannya. (QS Al Baqarah : 83-84)
Dengan untaian kalimat yang sederhana, kedua ayat di atas, secara sekilas melukiskan keindahan nan elok masyarakat rabbani. Yaitu generasi yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan jauh dari perangai buruk. Menggambarkan kepada kita ciri keimanan yang membedakannya dengan model masyarakat lain. Itulah masyrakat yang ditempa dengan bimbingan wahyu samawi. Masyarakat yang menjadi tempat berteduh bagi seorang insan, tempat ia mencari kesejukan hati dan perasaan tenang. Sebuah masyarakat, hanya akan menjadi baik bila ciri-ciri masyarakat rabbani tampak pada mereka. Sehingga mereka menjadi masyarakat yang berjalan di atas fitrah. Dengan fitrah itu, mereka dapat menolak segala bentuk kepalsuan yang banyak tersebar di tengah-tengah masyarakat, sebagai buah hasil tangan dan akal manusia yang jauh dari bimbingan wahyu samawi.
BAHAYA MENYIMPANG DARI KARAKTERISTIK TERSEBUTJika keempat karakter ini telah dimiliki masyarakat secara sempurna, maka mereka berhak disebut masyarakat rabbani. Setiap penyimpangan dari karakter itu akan menodai kesucian mereka. Sementara itu, kekuatan masyarakat rabbani terletak pada ketahanan masing-masing individunya. Jika ketahanan mereka melemah, maka hal itu merupakan sinyal melemahnya karakter tersebut. Bilamana hal itu berlarut, mereka bakal menerima azab dan kemurkaan Allah .
Jikalau ada sejumlah kecil oknum yang melakukan hal yang bertetangan dengan karakteristik masyarakat rabbani, tentulah mereka melakukannya dengan rasa takut dan malu-malu. Pelakunya akan merasa terkucil dari masyarakat. Sehingga tidak ada pilihan lain baginya, kecuali kembali kepada karakteristik itu agar ia dapat diterima di tengah-tengah masyarakat rabbani. Hukuman yang diterimanya sudah cukup menjadi pelajaran untuk segera kembali ke jalan yang benar.
Akan tetapi jika oknum yang menyimpang dari keempat karakter itu sangat banyak, atau pengaruh mereka sangat dominan, maka harus diwaspadai, ini merupakan sinyal meluasnya kerusakan, merajalelanya kemungkaran dan kebatilan. Juga sebagai isyarat terkekangnya ruang gerak para mushlihin (da’i-da’i kepada perbaikan). Jalan terbaik bagi mereka kala itu ialah, kembali kepada Allah. Firman Allah :
فَفِرُّوا إِلَى اللهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ {50}
Maka segeralah kembali kepada (menta'ati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (QS Adz Dzariyat : 50).
Maksud bersegera kembali disini ialah, segera mengatasi kerusakan dan berpegang teguh dengan tali Allah, hingga Allah menyingkap bala yang menimpa serta melenyapkan kebatilan yang merajalela.
Dalam kondisi demikian, maka seluruh anggota masyarakat harus bersatu melenyapkan segala kemungkaran dan kebatilan. Rasulullah bersabda :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْ أَعَزُّ وَأَكْثَرُ مِمَّنْ يَعْمَلُهُ لَمْ يُغَيِّرُوهُ إِلَّا عَمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ
Tidak
satupun kaum yang terjadi kemaksiatan di tengah-tengah mereka, meskipun
mayoritas mereka tidak melakukannya namun juga tidak mencegah
kemaksiatan itu, kecuali Allah akan menurunkan azabnya secara merata
kepada mereka. (HR
Ahmad IV/361; Abu Dawud no. 4339; Ibnu Majah no. 4001, dari Jarir
dengan sanad hasan, dan didukung juga oleh hadits dari Abu Bakar
Radhiyallahu 'anhu .
Pembaca tentu sudah memaklumi, bahwa masyarakat rabbani yang kami sebutkan terdahulu ialah, masyarakat yang memiliki keistimewaan berupa karakter rabbani yang melekat pada diri mereka. Adapun masyarakat yang tidak memiliki karakter tersebut tidak dinamakan masyarakat rabbani, dan mereka tidak mendapat jaminan perlindungan dari azab Allah.
Masyarakat Islam sekarang ini belum memiliki karakter rabbani tersebut. Ciri rabbani telah hilang pada diri mereka, kecuali yang masih tersisa pada segelintir orang. Yaitu orang-orang yang berpegang teguh dengan nilai-nilai Al Qur`an dan As Sunnah menurut paham generasi Salaf. Yakni generasi sahabat yang senantiasa mengharap kepada Allah dengan penuh rasa cemas. Semoga mereka bertemu dengan Allah dalam keadaan meridhai mereka. Mereka senatiasa melaksanakan perintah Allah dan berjalan di atas Sunnah Rasulullah, berusaha menghubungkan anggota-anggota masyarakatnya kepada petunjuk dan Sunnah Rasul. Bagaimanakah agar masyrakat rabbani bisa terwujud? Insya Allah akan kami jelaskan pada edisi depan.
Maraji' :
- Al Qur`an.
- Kitab Tauhid, karya Syaikh Shalih Fauzan.
- Fathul Majid.
- Hushul Ma'mul, karya Syaikh Abdullah Shalih Al Fauzan.
- Syarah Ushul Tsalatsah, karya Syaikh Utsaimin.
- Sirah Rasul, karya Muhammad bin Abdul Wahhab.
- Al Jadid, karya Muhammad bin Abdul Aziz Al Qar'awi.
- Majalah Al Ashalah.
- Ma La Budda Minhu Fi Umurid Din, karya Abu Bakar bin Muhammad Arif Khauqir Al Makki.
- Mujtama' Rabbani, karya Abu Malik Muhammad Ibrahim Syaqrah, dan lain-lain.